Minggu, 16 Juni 2013

MAKALAH PENYAKIT PADA SISTEM REPRODUKSI



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
                  Kanker adalah penyakit yang paling menakutkan, tidak saja pada wanita tetapi juga pada pria dan anak-anak. Tanggal 4 Februari diperingati sebagai Hari Kanker sedunia. Pada tahun 2007 dan 2008, peringatan hari kanker sedunia memfokuskan perhatian terhadap kanker pada anak. Di Indonesia, saat ini sudah ada yayasan Onkologi anak Indonesia yang memiliki selogan “Kanker pada Anak dapat diobati dan diupayakan sembuh bila ditemukan lebih dini”.
                  Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah jadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar kebagian tubuh lain sehingga dapat menyebabkan kematian.
                  Kanker sering dikenal masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak normal yang bukan radang.
                  Pada makalah ini kami akan membahas mengenai skrining untuk keganasan dan penyakit sistemik yang meliputi : kanker leher rahim/serviks ; kanker endometrium ; kanker payudara ; serta cara pencegahannya yang meliputi Pap Smear, IVA, dan Sadari.
                  Kanker pada alat reproduksi masih menduduki peringkat pertama kanker pada wanita. Dua per tiga kasus kanker di dunia terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Kanker bisa disembuhkan jika dideteksi sejak dini. Karenanya, setiap wanita perlu mengenali gejala dan memeriksakan diri.
     Kanker mulai didalam sel-sel, blok-blok bangunan yang menyusun jaringan-jaringan. Jaringan-jaringan menyusun organ-organ tubuh. Secara normal, sel-sel tumbuh dan membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh membutuhkan mereka. Ketika sel-sel tumbuh menjadi tua, mereka mati, dan sel-sel baru mengambil tempat mereka.
     Kadangkala, proses yang teratur ini berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan mereka, dan sel-sel tuatidak mati ketika mereka seharusnya mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk massa dari jaringan yang disebut pertumbuhan atau tumor.
     Ketika kanker menyebar dari tempat asalnya ke bagian lain tubuh, tumor baru mempunyai macam yang sama dari sel-sel yang abnormal dan nama yang sama seperti tumor primernya. Contohnya, jika kanker leher rahim menyebar ke paru-paru, sel-sel kanker didalam paru-paru sebenarnya adalah sel-sel kanker leher rahim. Penyakitnya adalah kanker leher rahim yang metastatik, bukan kanker paru-paru. Untuk sebab ini, ia dirawat sebagai kanker leher rahim, bukan kanker paru-paru. Dokter-dokter menyebut tumor baru penyakit "jauh" atau metastatik.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud kanker system reproduksi?
2.      Apa yang dimaksud kanker serviks?
3.      Apa yang dimaksud kanker endometrium?
4.      Apa yang dimaksud kanker payudara?
5.      Apa yang menyebabkan timbulnya kanker tersebut?
6.      Bagaimana metode pencegahannya?
7.      Bagaimana metode pap smear?
8.      Bagaimana metode IVA?
9.      Bagaimana metode sadari?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa itu kanker system reproduksi
2.      Untuk mengetahui apa itu kanker serviks
3.      Untuk mengetahui apa itu kanker  endometrium
4.      Untuk mengetahui apa itu kanker payudara
5.      Untuk mengetahui apa yang menyebabkan timbulnya penyakit tersebut
6.      Untuk mengetahui bagaimana metode pencegahannya
7.      Untuk mengetahui bagaimana metode pap smear
8.      Untuk mengetahui bagaimana metode IVA
9.      Untuk mengetahui bagaimana metode sadari
1.4  Manfaat Penulisan
1.        Bagi Mahasiswa
                        Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
2.        Bagi Petugas Kesehatan
                        Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Kanker Sistem Reproduksi
                 Kanker system reproduksi adalah penyakit pada system reproduksi akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah jadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar kebagian tubuh lain sehingga dapat menyebabkan kematian.

A.    Kanker Leher Rahim (Serviks)
1.      Definisi
                 Kanker leher rahim atau yang disebut juga kanker serviks adalah jenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) onklogenik, yang menyerang leher rahim. ( Wikipedia Bahasa Indonesia)
                 Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks, dan kira-kira sebanyak 8000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks yang tertinggi di dunia. Mengapa bisa begitu berbahaya? Pasalnya, kanker serviks muncul seperti musuh dalam selimut. Seringkali baru diketahui hingga penyakit telah mencapai stadium lanjut.

2.      Gejala Kanker Serviks
                 Pada awal stadium kanker hampir tidak ada gejala, kecurigaan timbul bila ada keluhan keputihan atau mengalami perdarahan setelah berhubungan seksual.
     Gejala lanjut dari kanker serviks ini adalah;
a.       Perdarahan di luar masa haid
b.      Jumlah darah haid tidak normal
c.       Perdarahan pada masa menopause ( setelah berhenti haid )
d.      Keputihan yang bercampur darah atau nanah
3. Yang berisiko terkena Kanker Serviks
a.       Menikah usia muda
b.      Melakukan hubungan seks di usia muda
c.       Berganti – ganti pasangan seks
d.      Melahirkan banyak anak
e.       Pasangan ( suami ) yang tidak disunat / di khitan
f.       Kurang menjaga kebersihan alat kelamin
g.      Mempunyai riwayat penyakit kelamin kronis
h.      Sering mengalami keputihan
4.      Cara Deteksi Dini Kanker Serviks
                 Deteksi dini kanker dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode pap smear namun biayanya mahal, lalu pilihan kedua adalah dengan metode IVA , biayanya lebih murah.
5.      Cara Pengobatan Kanker Serviks
a.       Pengobatan dengan cara Operasi (operasi sederhana, besar, atau khusus)
Operasi sederhana dilakukan pada tingkat stadium awal (prakanker) dari 0 hingga 1A. operasi tersebut disebut konitasi (pemotongan rahim secara kerucut) karena berada dalam stadium awal, kanker masih berada disel-sel selaput lender. Operasi juga dapat dilakukan bila pasien masih ingin hamil. Bila pasien sudah tidak ingin hamil lagi, maka histerektomi simple (pengangkatan rahim secara keseluruhan) akan dilakukan. Tujuannya adalah agar kanker tidak tumbuh lagi.
           Jika kanker sudah berada pada stadium 1B sampai 2A atau 2B, maka histerektomi radikal akan dilakukan. Seluruh rahim akan diangkat berikut spertiga vagina dan penggantung rahim akan dipotong sedekat mungkin dengan dinding panggul. Walaupun vagina dipotong, tidak berarti pasien tidak bias berhubungan seks. Awalnya penderita hanya merasa tidak nyaman karena vagina menjadi lebih pendek.
b.      Pengobatan dengan Radiasi atau penyinaran (Radioterapi dengan menggunakan sinar X)
           Pengobatan ini dilakukan jika kanker serviks sudah berada pada stadium 2B keatas. Operasi sudah tidak dapat dilakukan lagi dan cara yang dapat ditempuh adalah dengan radiasi atau penyinaran.
c.       Pengobatan dengan Cara Kemoterapi
           Cara ini biasanya dilakukan oleh Dokter jika operasi dan radiasi tidak memungkinkan lagi. Jika dalam 1 tahun pasien sudah pernah diradiasi maka proses radiasi tidak mungkin lagi dilakukan karena dikhawatirkan akan terjadi komplikasi. Akan tetapi kemoterapi memerlukan biaya yang sangat mahal. Pengobatan dengan cara penyinaran dan kemoterapi berbeda dengan operasi. Meskipun sepertiga vagina harus diangkat, tetapi penderita masih dapat melakukan hubungan seks.

2.2    Kanker Endometrium
1.      Definisi Kanker Endometrium
           Kanker lapisan endometrium adalah tumor ganas yang tumbuh pada kelenjar lapisan endometrium, merupakan salah satu dari tiga macam tumor ganas pada organ reproduksi, menempati sekitar 7% dari keseluruhan kanker pada wanita, merupakan 20% - 30%nya tumor ganas saluran reproduksi. Kanker lapisan endometrium dapat tumbuh pada usia apapun, umur yang paling umum adalah 58 – 61 tahun, 50% - 70% terkena penyakit setelah menopause. Belakangan ini kasus kanker lapisan endometrium terus meningkat, telah mendekati bahkan melebihi kanker serviks. Kemungkinan hidup 5 tahun pasien kanker lapisan endometrium 25% - 30%, kambuh ulang kanker lapisan endometrium adalah hal yang paling mempengaruhi kemungkinan hidup 5 tahun pasien.

2.      Penyebab Kanker Endometrium
                        Sampai sekarang dunia medis masih belum bisa memastikan apa      penyebab munculnya kanker lapisan endometrium, biasanya diperkirakan karena gabungan dari banyak factor, selain itu penyebab yang berbahaya        lainnya yakni : robeknya serviks, berhubungan seksual terlalu sering,           hubungan seksual yang kacau, mengabaikan kebersihan hubungan seksual,    mengabaikan kebersihan menstruasi, terlalu panjangnya kulit pembungkus    penis pasangan, infeksi virus herpes tipe dua dan infeksi virus papiloma,     penyakit kelamin, infeksi fungi, dll.
3.      Yang berisiko Terkena Kanker Endometrium
a.       Orang gemuk : lemak yang berlebihan dapat menjadi penyebab munculnya kanker lapisan endometrium.
b.      Penderita diabetes : pasien diabetes atau orang dengan kadar glukosa yang tidak normal, resiko terkena kanker lapisan endometrium dibanding orang normal adalah 2,8 kali lipatnya.
c.       Penderita hipertensi : kebanyakan kanker lapisan endometrium juga disertai hipertensi.
d.      Orang yang menstruasi tidak teratur : menstruasi yang kacau, jumlahnya banyak, resiko terkena kanker lapisan endometrium dibanding wanita normal adalah 3 kali lipatnya.
e.       Orang yang menstruasi awal dan menopause terlambat : orang yang mulai menstruasi awal sebelum umur 12 tahun dibandingkan dengan yang setelah 12 tahun, resiko terkena kanker lapisan endometrium lebih banyak 60%, begitu pula wanita yang menopause terlambat lebih gampang terkena kanker lapisan endometrium.
f.       Kanker lapisan endometrium lebih banyak terjadi pada yang banyak melahirkan, belum pernah melahirkan, dan yang tidak bisa hamil.
g.      Penderita sindrom polikistik ovarium.
h.      Penderita tumor ovarium : dapat mengakibatkan menstruasi tidak teratur, pendarahan setelah menopause dan pembesaran kelenjar endometrium bahkan kanker kelenjar endometrium.
i.        Wanita yang mengonsumsi hormon betina memiliki resiko yang tinggi terkena kanker lapisan endometrium.


4.      Gejala Kanker Endometrium
           Pasien tahap awal tidak menunjukkan gejala yang jelas, kadang hanya terasa ketika pemeriksaan biasa atau pemeriksaan onkologis. Namun begitu muncul gejala, biasanya terasa seperti berikut :
a.       Vagina berdarah : ini adalah gejala kanker lapisan endometrium yang paling sering ditemui dan gejala yang paling awal ditemui. Seringkali darah keluar tidak beraturan, darah yang keluar kadang banyak kadang sedikit, bagi wanita yang belum menopause gejala ditemui sebagai menstruasi yang banyak, berlangsung lama, bagi wanita yang telah menopause gejala ditemui sebagai vagina berdarah.
b.      Vagina keluar cairan : pelepasan organ kanker lapisan endometrium yang mati dapat mengakibatkan pengeluaran cairan pada vagina, cairan yang keluar bisa seperti kuah beras yang bercampur dengan sedikit darah atau nanah dengan bau yang tidak sedap.
c.       Sakit : sering terjadi pada pasien stadium lanjut, sakit dikarenakan tumor menghimpit saraf, dapat terasa pada bagian lumbosakral, perut bagian bawah atau bahkan sampai kaki.
d.      Pasien stadium lanjut dapat diraba adanya pembesaran rahim, juga mungkin menakibatkan kaki bengkak dan sakit, anemia, badan kurus, demam, penurunan kondisi badan, dll.
e.       Berdasarkan gejala di atas ini dilanjutkan dengan pemeriksaan pendukung, dapat dilakukan diagnosa terhadap kanker lapisan endometrium, maka dari itu para wanita harus selalu waspada terhadap perubahan pada menstruasi dan jenis zat sekresi vagina, begitu muncul gejala harus sesegera mungkin periksakan ke rumah sakit.
5.      Cara Diagnosa Kanker Lapisan Endometrium
a.       Diagnosa
                Biasanya dilakukan pap smear terlebih dahulu, kemudian pemeriksaan bagian intrauterine, baru dilakukan kuretase endometrium, sample akan dimasukkan dan dipisahkan ke dalam botol yang sudah ditandai, dan diantarkan ke bagian pemeriksaan patologi. Hasil patologi yang didapat adalah pendukung diagnosa kanker lapisan endometrium.
b.      Histeroskopi
                Dapat secara langsung mengamati keadaan lesi lapisan endometrium, dan diambil lesi yang diduga aktif untuk diperiksakan.
c.       Kateter Intrauterine
                Dengan menggunakan kateter yang dibuat dari bahan khusus atau sikat kateter dimasukkan ke bagian intrauterine, diambil zat sekresi untuk dilakukan pemeriksaan sitologi, digunakan untuk pemeriksaan penyaringan.
d.      USG : dapat menunjukkan penginvasian lapisan otot.

6.      Pembagian stadium kanker lapisan endometrium
                  Apabila hasil diagnosa telah jelas membuktikan terdapat kanker,      dokter butuh memahami keadaan penyakit lebih dalam supaya dapat     menentukan cara pengobatan yang paling tepat. Faktor yang menentukan             stadium termasuk apakah tumor menginvasi ke organ di sekitar; apakah      kanker sudah mulai meluas; apabila telah meluas, sudah meluas sampai     bagian mana. Pembagian stadium kanker lapisan endometrium termasuk :
      Stadium 0 : hanya sebatas pembesaran kelenjar tumor, juga disebut             sebagai titik awal kanker.
      Stadium I : kanker hanya sebatas rahim.
         Stadium II : kanker telah menginvasi ke serviks.
      Stadium III : kanker telah meluas sampai ke luar rahim (termasuk vagina), tapi belum melebihi tulang panggul.
      Stadium IV : kanker melebihi tulang panggul atau dengan jelas        menginvasi ke kandung kemih atau selaput dubur.
7.      Cara Pengobatan Kanker Lapisan Endometrium
a.       Operasi : merupakan cara yang paling sering digunakan untuk mengobati kanker lapisan endometrium, cara operasi seharusnya disesuaikan dengan kondisi penyakit pasien, bisa dikerjakan operasi pengangkatan seluruh rahim dan kedua lampirannya, bisa juga dikerjakan operasi yang lebih luas yakni pengangkatan seluruh rahim dan pembersihan kelenjar getah bening pada tulang panggul.
b.      Radioterapi : bagi yang tidak cocok menjalankan operasi, sering digunakan penyinaran radiasi pada dalam rongga badan dan luar badan.
c.       Kemoterapi : sering digunakan pada pasien tahap lanjut yang tidak dapat dioperasi atau radioterapi, dan pengambuhan setelah terapi.

2.3    Kanker Payudara
A.      Definisi
 Kanker payudara adalah keganasan yang bermula dari sel-sel di payudara kemudian tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh didalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. Hal ini terutama menyerang wanita, tetapi tidak menutupkemungkinan terjadi juga pada pria.
  Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma.
B.       Gejala
Pada tahap awal kanker payudara biasanya tidak muncul adanya tanda-tanda atau gejala. Tetapi ketika tumor semakin membesar, dapat terjadi perubahan yang terlihat atau dirasakan pada payudara. Gejala- gejala yang muncul antara lain :
1.  Benjolan keras pada payudara / daerah sekitar payudara atau ketiak.
2.  Perubahan ukuran atau bentuk payudara.
3.  Kerutan pada payudara.
4.  Puting masuk ke dalam payudara.
5.  Keluarnya cairan dari puting payudara, umunya berupa darah.
6.  Besisik, merah, atau bengkak pada payudara, putting, atau areola. Terjadi               perubahan warna atau rasa kulit payudara, terlihat seperti kulit jeruk.(NCI,         2009)



C.     Jenis
Ada beberapa jenis kanker payudara, antara lain:           
1.      Ductal karsinoma in situ (DCIS)
Ductal karsinoma in situ (DCIS) juga dikenal sebagai karsinoma intraductal adalah jenis kanker payudara non-invasif yang paling umum. DCIS berarti bahwa sel-sel kanker berada di dalam saluran tetapi belum menyebar melalui dinding saluran ke dalam payudara di jaringan sekitarnya.
2.      Lobular karsinoma in situ
Merupakan lobular neoplasia yang diklasifikasikan sebagai jenis kanker payudara non-invasif. Kanker ini dimulai dalam kelenjar susu tetapi tidak tumbuh melalui dinding lobulus. Kebanyakan spesialis kanker payudara berpikir bahwa LCIS sendiri tidak menjadi kanker invasif, tetapi wanita dengan kondisi ini memiliki resiko yang lebih tinggi dapat menjadi invasif.
3.      Invasif (atau infiltratif) karsinoma duktal
Merupakan jenis kanker payudara yang paling umum. Invasif (atau infiltratif) karsinoma duktal (IDC) dimulai dari sebuah bagian saluran susu dari payudara, menerobos dinding saluran, dan tumbuh ke dalam jaringan lemak payudara. Pada titik ini, mungkin dapat menyebar (metastasis) ke bagian lain dari tubuh melalui sistem limfatik dan aliran darah. Sekitar 8 dari 10 kanker payudara invasif adalah infiltratif karsinoma duktal.
4.      Invasif (atau infiltrating) lobular carcinoma
Karsinoma invasif lobular (ILC) mulai di kelenjar susu (lobulus). Seperti IDC, dapat menyebar (metastasis) ke bagian lain dari tubuh. Sekitar 1 dari 10 payudara invasif kanker adalah ILC. Lobular carcinoma invasif lebih sulit untuk dideteksi oleh mammogram dari karsinoma duktal invasif.




D.    Stadium dalam kanker payudara:
1.      Stadium 1
Tumor terbatras pada payudara,bebas dari jaringan sekitarnya,tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan dibawahnya(otot). Besar tumor 1-2cm.Kelenjar getah bening regional belim teraba.
2.      Stadium 2
Sesuai dengam stadium 1 , hanya besar tumor 2,5-5cm dan sudah ada satu beberapa kelenjar bening aksila yang masih bebas dengfan diameter < 2cm.
3.      Stadium III
Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10cm) tapi masih bebas disekitarnya, KGB aksila masih bebas satu sama lain.
4.      Stadium IIIB Tumor sudah kedalam payudara (5-10cm) fiksasi pada kulit atau dinding dada dan ada oedema (>1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi dan atau nodul satelit, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain atau terhadap jaringan disekitarnya. Diameternya > 2,5cm , belum ada metastasis jauh.
5.      Stadium IV
Tumor seperti pada yang lain, tetapi sudah disertai dengan KGB aksila supra-klavikula dan metastasis jauh lainnya.

E.     Cara Pengobatan
Pengobatan kanker payudara invasif sesuai tahap:
1.      Stadium I
Kanker ini masih relatif kecil dan belum menyebar ke kelenjar getah bening atau tempat lain.
Terapi Lokal: Kanker stadium I dapat diobati dengan pembedahan payudara (Lumpectomy, mastektomi parsial) atau modifikasi mastektomi radikal. Kelenjar getah bening juga perlu diperiksa, dengan biopsi kelenjar getah bening sentinel atau getah bening aksila node diseksi. Mastektomi sendiri adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut & Pressman, 1992 dalam id.wikipedia.org) :
a.       Modified Radical Mastectomy
yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
b.      Total (Simple) Mastectomy
yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
c.       Radical Mastectomy
yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara. Terapi radiasi biasanya diberikan setelah operasi payudara. Wanita tersebut dapat mempertimbangkan operasi payudara tanpa terapi radiasi jika :
a)      Wanita tersebut adalah usia 70 tahun atau lebih.
b)      Tumor kurang dari atau sama dengan 2 cm dan sudah benar-benar hilang.
c)      Tumor berisi reseptor hormon dan terapi hormon diberikan.
d)     Tidak ada kelenjar getah bening yang diangkat karena kanker.
                                    Terapi Ajuvan Sistemik: Kemoterapi ajuvan biasanya dianjurkan untuk tumor yang lebih besar. Untuk kanker HER2-positif, trastuzumab adjuvant (Herceptin) biasanya direkomendasikan.
2.      Stadium II
                                    Kanker ini lebih besar dan atau sudah menyebar ke beberapa kelenjar getah bening di dekatnya. Terapi Lokal: pilihan terapi bedah dan radiasi untuk tumor sadium II mirip dengan tumor stadium I, terapi radiasi dapat dilakukan setelah mastektomi jika tumor telah membesar (lebih dari 5 cm) atau sel kanker ditemukan di beberapa kelenjar getah bening.
                                    Terapi Ajuvan sistemik: terapi ajuvan sistemik dianjurkan untuk wanita dengan kanker payudara stadium II. Hal ini melibatkan terapi hormon, kemoterapi, trastuzumab, atau beberapa kombinasi tersebut, tergantung pada usia pasien, status reseptor estrogen, dan HER2/neu status. Neoadjuvant Terapi: Pilihan bagi beberapa wanita yang ingin terapi payudara untuk tumor lebih besar dari 2 cm adalah kemoterapi neoadjuvant (sebelum operasi), terapi hormon, dan/atau trastuzumab untuk mengecilkan tumor. Jika pengobatan neoadjuvant dapat mengecilkan tumor, wanita tersebut mungkin harus operasi payudara (seperti lumpectomy) diikuti dengan terapi radiasi, serta terapi hormon jika tumor adalah hormon reseptor-positif. Jika tumor besar, maka mastektomi mungkin diperlukan. Hal ini dapat diikuti oleh kemoterapi yang berbeda. Terapi radiasi mungkin diperlukan jika tumor besar (lebih dari 2 inci) atau jika kelenjar getah bening mengandung kanker. Radiasi biasanya diberikan setelah operasi. Terapi hormon mungkin diberikan jika tumor adalah hormon reseptor-positif. Terapi hormon dapat diberikan baik sebelum dan sesudah operasi.
3.      Stadium III
                                    Perawatan lokal untuk beberapa jenis kanker payudara stadium IIIA sebagian besar sama dengan stadium II kanker payudara. Kanker dihilangkan dengan operasi payudara (seperti lumpectomy) diikuti dengan terapi radiasi, atau dengan mastektomi radikal yang dimodifikasi (dengan atau tanpa rekonstruksi payudara). Sentinel biopsi kelenjar getah bening atau kelenjar getah bening aksila pembedahan juga dilakukan. Terapi radiasi dapat digunakan setelah mastektomi jika tumor besar (lebih dari 5 cm di seluruh) atau ditemukan telah menyebar ke beberapa kelenjar getah bening. Pembedahan biasanya diikuti dengan kemoterapi ajuvan sistemik, dan atau terapi hormon, dan atau trastuzumab. Stadium III kanker sering diobati dengan neo adjuvant kemoterapi (sebelum operasi). Mastektomi dilakukan dengan pengangkatan kelenjar getah bening aksila (suatu diseksi kelenjar getah bening ketiak).
4.      Stadium IV
                        Stadium IV kanker telah menyebar ke luar kelenjar payudara dan getah bening ke bagian lain dari tubuh. Meskipun operasi dan atau radiasi mungkin berguna dalam beberapa situasi, operasi tersebut sangat tidak mungkin untuk menyembuhkan kanker ini, sehingga terapi sistemik adalah pengobatan utama. Hal ini tergantung pada banyak faktor, yang dapat terdiri dari terapi hormon, kemoterapi, sasaran terapi seperti trastuzumab (Herceptin) atau lapatinib (Tykerb), atau beberapa kombinasi dari perawatan ini. Trastuzumab dapat membantu wanita dengan kanker HER2-positif hidup lebih lama jika diberikan dengan kemoterapi pertama untuk penyakit stadium IV. Hal ini belum diketahui apakah juga harus diberikan pada waktu yang sama dengan terapi hormon, atau berapa lama seorang wanita harus melakukan terapi (American Cancer Society, 2010).

F.      Cara Pencegahan
1.      Pencegahan primordial
                         Upaya ini dimaksudkan dengan memberi kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Upaya pencegahan ini sangat kompleks dan tidak hanya merupakan upaya dari pihak kesehatan saja, misalnya menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa rokok itu suatu kebiasaan yang kurang baik, dan mempromosikan program berolahraga secara teratur serta melakukan salah satu bentuk promosi kesehatan yang ditujukan pada orang yang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
2.      Pencegahan Primer     
     Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang yang memiliki resiko untuk terkena kanker payudara melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor resiko. Beberapa cara yang dilakukan adalah :
a.       Perbanyak makan buah dan sayuran berwarna kuning atau hijau karena banyak   mengandung vitamin, seperti beta karoten, vitamin c, mineral, klorofil, dan fitonutrien lainnya yang dapat melindungi tubuh dari kanker
b.      Kurangi makanan yang mengandung lemak tinggi. Telah banyak bukti yang menunjukan adanya hubungan makanan tinggi lemak dengan beberapa jenis kanker, dan yang terbanyak terjadi pada kanker payudara.
c.       Konsumsilah makanan yang banyak mengandung serat. Serat akan menyerap zat-zat yang bersifat karsinogen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar dengan feses.
d.      Makanlah produk kedelai seperti tahu dan tempe. Kedelai selain mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker, juga mengandung genestein yang berfungsi sebagai estrogen nabati (fitoestrogen). Estrogen nabati iini akan menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjar susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.
e.       Kurangi makan makanan yang diasinkan, dibakar, diasap atau diawetkan dengan nitrit. Makanan tersebut dapat menghasilkan senyawa kimia yang dapat berubah menjadi karsinogen aktif.
f.       Hindari alkohol dan rokok.
g.      Pengontrolan berat badan dengan diet seimbang dan olahraga akan mengurangi  resiko terkena kanker payudara.
h.      Upayakan pola hidup yang seimbang seperti menghindari gaya hidup yang   sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak, makanan cepat saji dan usahakan olahraga teratur.
i.        Hindari stress.
     Kaum perempuan harus mewaspadai setiap perubahan yang terjadi pada payudaranya. Untuk mengetahui perubahan-perubahan tersebut, ada cara sederhana yang disebut "SADARI" atau periksa payudara sendiri. Pada wanita produktif, SADARI harus dilakukan sebulan sekali, 5-7 hari setelah haid berakhir, karena saat ini pengaruh hormonal estrogen progesterone sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu dalam keadaan tidak oedema sehingga lebih mudah meraba adanya tumor atau kelainan.
3.      Pecegahan Sekunder
        Pencegahan sekunder berupa usaha untuk mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat kanker payudara dengan mengidentifikasi kelompok populasi berisiko tinggi terhadap kanker payudara, dan deteksi dini pada individu yang tanpa gejala.
4.      Pencegahan Tersier
                                    Pencegahan tersier adalah usaha untuk mencegah timbulnya komplikasi kanker payudara.( Anonim, 2010 ).
G.    Faktor Risiko Kanker Payudara
          Faktor risiko adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kesempatan seseorang mendapatkan penyakit, seperti kanker. Faktor Resiko Kanker Payudara :
1.      Gender
Wanita memiliki faktor resiko lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini dipengaruhi oleh adanya hormon estrogen dan progesteron pada wanita. Pria dapat terkena kanker payudara, tetapi rasionya 100 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki.
2.      Umur
Resiko terkena kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia. Sekitar 1 dari 8 kanker payudara yang ditemukan pada wanita dibawah 45 tahun, sementara sekitar 2 dari 3 kanker payudara ditemukan pada wanita usia 55 tahun atau lebih.
3.      Genetik
Sekitar 5%-10% dari kanker payudara diturunkan, yang disebabkan secara langsung dari kerusakan gen/mutasi warisan dari orang tuanya. BRCA 1 dan BRCA2 : Pada sel normal, gen ini membantu mencegah kanker dengan membuat protein yang membantu menjaga sel-sel tumbuh abnormal.Jika seseorang mewarisi gen ini dari orang tua maka memiliki resiko terkena kanker payudara.
4.      Riwayat keluarga
Resiko pada wanita yang memiliki ibu atau saudara wanita yang terkena kanker payudara adalah dua kali lipat dari pada wanita yang memiliki ibu dan saudara wanita yang terkena kanker payudara memiliki resiko 3 kali lipat terkena kanker payudara (Petrakis, 1982).
5.      Sejarah kanker payudara
Seorang wanita yang terkena kanker payudara pada salah satu bagiannya memiliki resiko 3-4 kali lipat perkembangan kanker payudara di bagian yang lainnya atau pada bagian payudara yang sama.
6.      Ras dan Etnis
Wanita kulit putih memiliki resiko lebih besar daripada wanita Afrika-Amerika. Wanita kulit hitam cenderung memiliki tumor lebih agresif. Asia, Hispanik, dan wanita asli Amerika memiliki resiko lebih rendah terkena dan meninggal karena kanker payudara.
7.      Jaringan payudara yang padat
Perempuan dengan jaringan padat payudara memiliki jaringan kelenjar banyak dan jaringan lemak kurang, dan memiliki resiko tinggi terkena kanker payudara. Jaringan payudara padat membuat dokter lebih sulit menemukan masalah pada mammogram.
8.      Lobular Karsinoma In Situ ( LCIS)
Wanita dengan LCIS memiliki peningkatan resiko 7-11 kali lipat terkena kanker payudara.
9.      Periode Menstruasi
Wanita yang mulai menstruasi pada usia dini (sebelum usia 12 tahun) dan atau mengalami menopause setelah umur 55 tahun mempunyai resiko sedikit lebih tinggi terkena kanker payudara. Hal ini dimungkinkan karena terkait dengan paparan hormon estrogen dan progesteron.
10.  Radiasi
Wanita yang melakukan terapi radiasi pada daerah dada termasuk payudara sebelum usia 30 tahun meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Hal ini termasuk wanita yang diradiasi karena lymphoma Hodgkin. Studi menunjukkan bahwa wanita muda yang melakukan rediasi memiliki resiko yang lebih tinggi terkena kanker payudara (National Cancer Institute. 2009).
11.  Status Pernikahan
Wanita yang tidak memiliki anak atau yang memiliki anak pertama setelah usia 30 tahun memiliki resiko kanker payudara sedikit lebih tinggi.
12.  Kontrasepsi Oral
Studi menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral (pil KB) mempunyai resiko sedikit lebih besar terkena kanker payudara daripada wanita yang tidak pernah menggunakan pil KB.
13.  Menyusui
Studi menunjukkan bahwa menyusui bisa mengurangi resiko kanker payudara, terutama jika menyusui selama 1 ½ sampai 2 tahun.
14.  Alkohol
Penggunaan alkohol dikaitkan dengan peningkatan resiko terkena kanker payudara.
15.  Obesitas
Obesitas meningkatkan resiko kanker payudara, terutama bagi perempuan setelah menopause. Sebelum menopause ovarium wanita memproduksi estrogen, dan jaringan lemak menghasilkan estrogen. Setelah menopause (ovarium berhenti menghasilkan estrogen), sebagian besar estrogen wanita berasal dari jaringan lemak. Wanita yang memiliki jaringan lemak lebih banyak setelah menopause dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara karena kadar estrogen meningkat.
16.  Olahraga
Aktivitas fisik dalam bentuk latihan mengurangi resiko kanker payudara. Penelitian yang dilakukan oleh Women’s Health Initiative (WHI) 1,5-2,5 jam per minggu dari jalan cepat mengurangi resiko seorang wanita sebesar 18%. Berjalan 10 jam seminggu mengurangi resiko kanker payudara lebih banyak. American Cancer Society merekomendasikan 45-60 menit aktivitas fisik selama 5 kali atau lebih dalam seminggu.
2.4    Pap Smear
            Kanker mulut rahim atau leher rahim atau di kenal dengan istilah kedokterannya kanker serviks merupakan jenis kanker yang sering terjadi pada wanita dan juga merupakan penyebab kematian nomor satu dari jenis kanker yang menyerang wanita. Untuk dapat mendeteksi kanker serviks tersebut maka perlu melakukan pemeriksaan pap smear.
            PAP SMEAR adalah pemeriksaan untuk mendeteksi gejala kanker serviks  secara dini. Dengan melakukan pemeriksaan pap smear setiap tahun,  jika ditemukan adanya kanker serviks baru pada tahap awal sehingga kesempatan untuk sembuh lebih besar. Artinya semakin dini penyakit kanker serviks diketahui maka semakin mudah menanganinya.
            Pemeriksaan Pap smear sangat sederhana, tidak sakit, mudah dikerjakan, memerlukan waktu tidak lebih dari 10 menit. Pap Smear merupakan tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim. Pemeriksaan pap smear sebaiknya dilakukan setiap tahun.
            Pemeriksaan Pap smear secara teratur telah menyelamatkan jiwa jutaan wanita di seluruh dunia dari kanker serviks. Kebanyakan wanita yang terkena kanker serviks adalah mereka yang belum pernah atau tidak teratur menjalani Pap smear.
            Penelitian dari Swedia, menunjukkan bahwa perempuan yang melakukan pap smear secara rutin cenderung lebih bisa selamat jika mereka terdiagnosa kanker serviks, bila dibandingkan dengan perempuan yang memiliki kanker serviks yang terdeteksi dari gejalanya.  Diagnosa kanker serviks setelah melakukan rutinitas pap smear meningkatkan angka kesembuhan dari 66 % ke lebih dari 90 %.   Pada hampir 400 perempuan yang meninggal karena kanker serviks, 75 % tidak pernah menjalani tes pap smear.
Manfaat Pap Smear :
Manfaat pemeriksaan pap smear adalah untuk :
1.      Pemeriksaan skrining adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah
2.      Menentukan proses peradangan akibat infeksi kuman, jamur, parasit maupun virus
3.      Mengetahui adanya sel kanker leher rahim
4.      Interprestasi kondisi hormonal wanita
Yang Sebaiknya Melakukan Pap Smear :
            Beberapa faktor resiko bagi wanita yang perlu melakukan pemeriksaan pap smear ini adalah :
1.      Pernah melakukan hubungan seksual
2.      Memiliki riwayat hubungan seksual dengan beberapa pasangan
3.      Mempunyai riwayat penyakit menular seksual seperti herpes, GO, chlamidia, dll
4.      Di keluarga mempunyai riwayat penyakit kanker serviks.
5.      Adanya infeksi Human Papilloma Virus (HPV).
6.      Memiliki banyak anak
7.      Sebagai perokok baik aktif maupun pasif, karena zat nikotin serta racun lain yang masuk ke dalam darah melalui asap rokok mampu meningkatkan kemungkinan terjadinya tumbuhnya sel-sel abnormal pada rahim.
Waktu Yang Tepat Melakukan Pap Smear :
            Waktu untuk melakukan tes pap smear adalah setiap saat di luar masa haid. Waktu yang paling tepat melakukan Pap smear adalah 10-20 hari setelah hari pertama haid terakhir. Panduan dari American Cancer Society merekomendasikan bahwa pemeriksaan untuk kanker serviks dimulai tiga tahun setelah seorang perempuan aktif secara seksual, namun tidak sebelum berusia 21 tahun. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (1989) dalam Feig (2001), merekomendasikan setiap wanita menjalani Pap Smear setelah usia 18 yahun atau setelah aktif secara seksual.  Sebelum pemeriksaan Pap smear dianjurkan untuk tidak melakukan pencucian vagina dan melakukan berhubungan seksual 1-2 hari sebelum pemeriksaan.
Cara Melakukan Pap Smear :
            Cara pemeriksaan pap smear yaitu dilakukan dengan cara memasukkan alat (spekulum) ke dalam vagina pasien, kemudian sampel sel leher rahim (serviks) di ambil dengan menggunakan spatula kayu dan cerviks brush. Setelah itu sampel sel tersebut  di oleskan secara merata ke lembaran kaca obyek. Kemudian kaca obyek tersebut dicelupkan ke dalam larutan alkohol 95% kurang lebih 30 menit dan dikeringkan. Sediaan tersebut akan di periksa di laboratorium untuk di analisis oleh dokter patologi anatomi. Hasilnya biasanya kurang lebih 1 minggu.
Hasil Pemeriksaan  Pap Smear :
1.      Normal (memuaskan,tanpa tanda-tanda ke arah pre cancer/cancer)
2.      Tidak memuaskan (pengambilan spesimen tidak sesuai, perlu diulangi pengambilan spesimen)
3.      Inflamasi (iritasi sel akibat infeksi atau Sexual Transmitted Disease)
4.      Displasia ( gejala paling awal kanker )
5.      Carcinoma in situ
            Jika hasil pap smear negatif yang berarti tidak ditemukan adanya abnormal sel, maka tidak diperlukan terapi sampai jadwal pap smear yang berikutnya.
            Jika hasil Pap smear tidak normal, dokter kandungan dan kebidanan mungkin meminta menjalani Pap smear ulangan dalam tiga atau enam bulann tergantung jenis masalah yang miliki. Selama periode tersebut, sel-sel dari leher rahim bisa sembuh sendiri atau justru semakin berkembang.
            Bila abnormalitasnya cukup mengkhawatirkan, dokter mungkin melakukan pemeriksaan HPV atau pemeriksaan lanjutan yang disebut kolposkopi. Dalam pemeriksaan kolposkopi, pasien akan ditempatkan di atas ranjang pemeriksaan seperti untuk Pap smear dan asam asetat dioleskan pada leher rahim. Dokterkandungan dan kebidanan  akan menggunakan kolposkop (mikroskop elektronik besar) yang ditempatkan sekitar 30 cm dari vagina. Cahaya terang dari ujung kolposkop memungkinkan dokter melihat leher rahim untuk memeriksa tingkat dan sifat perubahan sel. Sampel jaringan (biopsi) mungkin akan diambil dari daerah abnormal serviks untuk dievaluasi lebih lanjut di laboratorium.
2.5  IVA
    IVA adalah metode baru deteksi dini kanker leher rahim dengan mengoleskan asam asetat (cuka) ke dalam leher rahim. Bila terdapat lesi kanker, maka akan terjadi perubahan warna menjadi agak keputihan pada leher rahim yang diperiksa. Metode tersebut memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan papsmear yang selama ini lebih populer.
Cara Kerja IVA :
a.       Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.
b.       Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk dan kaki melebar).
c.        Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan yang cukup.
d.       Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.
e.        Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk menyerapnya.
f.        Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih.
2.6 SADARI

            Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani "sadari" (periksa payudara sendiri – saat menstruasi – pada hari ke 7 sampai dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid) di rumah secara rutin dan menyarankan dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi benjolan pada payudara. Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada usia 20 tahun atau lebih. Bagi wanita usia lebih dari 30 tahun dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri maupun ke bidan atau dokter untuk setiap tahunnya.
Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring. Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring.
1.       Melihat Perubahan Di Hadapan Cermin.
      Lihat pada cermin , bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau tidak). Cara melakukan :
Tahap 1
            Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta kulit payudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan lurus ke bawah disamping badan.
    







Tahap 2
            Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya.
Tahap 3
Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri. Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.







Tahap 4
            Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang/ tangan menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla.

2.      Melihat Perubahan Bentuk Payudara Dengan Berbaring.
Tahap 1. Persiapan
            Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan kedua lutut Anda. Letakkan bantal atau handuk mandi yang telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikan bagian yang akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan Anda di bawah kepala. Gunakan tangan kiri Anda untuk memeriksa payudara kanan .Gunakan telapak jari-jari Anda untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebalan. Periksa payudara Anda dengan menggunakan Vertical Strip dan Circular.
Tahap 2. Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip
            Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang selangka di bagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak Anda. Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan Anda perlahan-lahan ke bawah bra line dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian bawah bra line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.
·        Tahap 3. Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar.
Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar. Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah areola mammae.
Tahap 4. Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara.
Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda untuk melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.
Tahap 5. Memeriksa Ketiak
Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Kanker system reproduksi adalah penyakit pada system reproduksi akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah jadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar kebagian tubuh lain sehingga dapat menyebabkan kematian.
Kanker mulai didalam sel-sel, blok-blok bangunan yang menyusun jaringan-jaringan. Jaringan-jaringan menyusun organ-organ tubuh. Secara normal, sel-sel tumbuh dan membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh membutuhkan mereka. Ketika sel-sel tumbuh menjadi tua, mereka mati, dan sel-sel baru mengambil tempat mereka.
Kadangkala, proses yang teratur ini berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan mereka, dan sel-sel tuatidak mati ketika mereka seharusnya mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk massa dari jaringan yang disebut pertumbuhan atau tumor.
Metode yang digunakan untuk mendeteksi dini timbulnya kanker serviks dapat diketahui dengan tes pap smear dan IVA. Sedangkan untuk mendeteksi dini timbulnya kanker payudara dapat diketahui dengan SADARI (periksa payudara sendiri).

3.2 Saran
      1.    Bagi Mahasiswa
     Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti tentang skrining untuk keganasan dan penyakit sistemek yang meliputi kanker system reproduksi dan tes deteksi sini yang menyertainnya.



      2.    Bagi Tenaga Kesehatan
     Diharapakan mampu mengerti tentang skrining untuk keganasan dan penyakit sistemek yang meliputi kanker system reproduksi dan tes deteksi dini yang menyertainnya dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien serta mampu memberikan asuhan secara komprehensif.
3.      Bagi institusi
     Diharapkan institusi dapat mengajarkan ilmu kepada mahasiswanya bagaimana cara penerapan tentang skrining untuk keganasan dan penyakit sistemek yang meliputi kanker system reproduksi dan tes deteksi dini yang menyertainnya
  4. Bagi pengajar
     Diharapkan dengan adanya teori dan buku-buku yang tersedia dapat mengajarkan kepada masiswa mengenai skrining untuk keganasan dan penyakit sistemek yang meliputi kanker system reproduksi dan tes deteksi dini yang menyertainnya.
















Daftar Pustaka

Novel, Sinta S. dkk. 2009. Kanker Serviks dan Infeksi Human Papillomavirus.       Bandung: Java Media
Setiati Eni. 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta:        CV.Andi Offset
Rasjidi Imam. 2007. Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi.Jakarta: EGC
            sendiri-sadari.html
            kesehatan-reproduksihttp://alzeinsi.blogspot.com/2012/05/makalah-
            kanker-payudara-breast-cancer.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar