BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia
telah diatur dengan bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan
kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, di mana dalam pelaksanaannya tidak
berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila
pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer
maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di atasnya,
demikian seterusnya.
Apabila
seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi, transportasi) terpenuhi maka
proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan segera tertangani
dengan tepat. Sebuah penelitian yang meneliti tentang sistem rujukan menyatakan
bahwa beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu tidak
ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait, keterbatasan sarana,
tidak ada dukungan peraturan.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian rujukan dan sistem rujukan ?
2.
Apa tujuan sistem rujukan Puskesmas ?
3.
Apa kegiatan dan pembagian sistem rujukan Puskesmas
?
4.
Bagaimana alur sistem rujukan puskesmas ?
5.
Bagaimana langkah- langkah sistem rujukan dalam
pelayanan kebidanan di Puskesmas ?
6.
Apa saja rujukan dalam kelainan ginekologi ?
7.
Apa saja faktor – faktor penyebab rujukan ?
8.
Bagaimana skema rujukan dan jenjang pelayanan ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
- Untuk mengetahui apa pengertian rujukan dan sistem rujukan
- Untuk mengetahui apa saja tujuan sistem rujukan di Puskesmas
- Untuk mengetahui apa kegiatan dan pembagian sistem rujukan di Puskesmas
- Unruk mengetahui bagaimana alur sistem rujukan di puskesmas
- Untuk mengetahui bagaimana langkah- langkah sistem rujukan dalam pelayanan kebidanan di Puskesmas
- Untuk mengetahui apa saja rujukan dalam kelainan ginekologi di Puskesmas
- Untuk mengetahui apa saja faktor – faktor penyebab rujukan
- Untuk mengetahui bagaimana skema rujukan dan jenjang pelayanan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN RUJUKAN DAN SISTEM
RUJUKAN
Rujukan
adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah
kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang lebih
lengkap / rumah sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam satu
unit). (Muchtar, 1977)
Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi
(pembicara) untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Rujukan
mungkin menggunakan faktual ataupun non faktual. Rujukan faktual terdiri atas
kesaksian, statistik contoh, dan obyek aktual. Rujukan dapat berwujud dalam
bentuk bukti.
Nilai-nilai, dan/atau kredibilitas. Sumber materi
rujukan adalah tempat materi tersebut ditemukan (Wikipedia)
Sistem
rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik
atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang
sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang
lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional
dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. (Kebidanan Komunitas: hal 207)
Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah
pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan
yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang
dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau
fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical.
Tata
laksana rujukan:
- Internal antas-petugas di satu rumah
- Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
- Antara masyarakat dan puskesmas
- Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya
- Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
- Internal antar-bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit
- Antar rumah sakit, laboratoruim atau fasilitas pelayanan lain dari rumah sakit
(Kebidanan Komunitas)
2.2 TUJUAN SISTEM RUJUKAN DI PUSKESMAS
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk
meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu
(Kebidanan Komunitas). Tujuan umum rujukan untuk memberikan petunjuk
kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan rujukan medis dalam rangka
menurunkan IMR dan AMR.
Tujuan
khusus sistem rujukan adalah:
a.
Meningkatkan kemampuan puskesmas dan
peningkatannya dalam rangka menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat
darurat yang terkait dengan kematian ibu maternal dan bayi.
b.
Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan
di wilayah kerja puskesmas.
Kaji ulang tentang keperluan dan tujuan upaya rujukan
pada ibu dan keluarganya. Kesempatan ini harus dilakukan selama ibu melakukan
kunjungan asuhan antenatal atau pada saat awal persalinan, jika memungkinkan.
Jika ibu belum membuat rencana selama kehamilannya, penting untuk mendiskusikan
rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya pada saat-saat awal persalinan. Jika
kemudian tiinbul masalah pada saat persalinan dan rencana rujukan belum
dibicarakan maka senngkali sulit unruk membuat persiapan-persiapan dengan
cepat. Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan syarat ibu dalam mendukung
keselamatan ibu.
2.3 KEGIATAN DAN PEMBAGIAN DALAM
SISTEM RUJUKAN DI PUSKESMAS
Rujukan dalam pelayanan kebidanan
merupakan kegiatan pengiriman orang sakit dari unit kesehatan yang kurang
lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa rujukan kasus patologis pada
kehamilan, persalinan dan nifas masuk didalamnya, pengiriman kasus masalah
reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan
penanganan spesialis. Termasuk juga didalamnya pengiriman bahan
laboratorium.
Jika penderita telah sembuh dan hasil
laboratorium telah selesai, kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika perlu
disertai dengan keterangan yang lengkap (surat balasan).
Rujukan informasi medis membahas secara
lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan advis rehabilitas kepada
unit yang mengirim. Kemudian Bidan menjalin kerja sama dalam sistem pelaporan
data-data parameter pelayanan kebidanan, terutama mengenai kematian maternal
dan pranatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka-angka secara
regional dan nasional pemantauan perkembangan maupun penelitian.
Menurut
tata hubungannya, sistem rujukan
terdiri dari: rujukan internal dan rujukan eksternal.
a. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang
terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari
jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk.
b. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi
antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari
puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas
ke rumah sakit umum daerah).
Menurut
lingkup pelayanannya, sistem rujukan
terdiri dari: rujukan medik dan rujukan kesehatan.
1. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama
meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner,
hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Jenis rujukan medik:
a. Transfer of patient.
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif
dan lain-lain.
2. Transfer of specimen.
Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
3. Transfer of
knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke
daerah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah,
konsultasi penderita, diskusi kasus dan demonstrasi operasi (transfer of
knowledge). Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih lengkap atau
rumah sakit pendidikan, juga dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan
ilmiah yang diselenggarakan tingkat provinsi atau institusi pendidikan (transfer
of personel).
- Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).
Masukkan persiapan-persiapan dan informasi berikut ke dalam rencana
rujukan :
a. Siapa yang akan menemani ibu dan
bayi baru lahir.
b. Tempat –tempat rujukan mana yang
lebih disukai ibu dan keluarga. (Jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat
rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis asuhan yang
diperlukan
c. Sarana transportasi yang akan
digunakan dan siapa yang akan mengendarainya. Ingat bahwa transportasi harus
tersedia segera, baik siang maupun malam.
d. Orang yang ditunjuk menjadi donor
darah, jika transfusi darah diperlukan.
e. Uang yang disisihkan untuk asuhan
medis, transportasi, obat-obatan dan bahan-bahan.
f.
Siapa yang akan tinggal dan menemani
anak-anak yang lain pada saat ibu tidak di rumah.
2.4 ALUR SISTEM RUJUKAN DI PUSKESMAS
Alur
rujukan kasus kegawat daruratan:
1. Antara masyrakat ke Puskesmas
2. Antara Puskesmas pembantu / bidan di desa ke Puskesmas
3. Intern antara petugas Puskesmas / Puskesmas rawat inap
4. Antara Puskesmas dengan Rumah Sakit, Laboratorium atau fasilitas
kesehatan lainnya.
2.5 LANGKAH-LANGKAH RUJUKAN DALAM
PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS
1.
Menentukan kegawatdaruratan penderita
a. Pada tingkat kader
atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri
oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke
tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan
desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga kesehatan yang ada pada
fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan
kasus mana yang harus dirujuk.
2.
Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan
tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan dan
terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan
dan kemampuan penderita.
3.
Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Kaji ulang
rencana rujukan bersama ibu dan keluarga.
Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua
asuhan, perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan
untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap dengan rujukan, lakukan
konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka
membuat rencana rujukan pada saat awal persalinan.
4.
Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang
dituju
a. Memberitahukan bahwa
akan ada penderita yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa
yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ke
tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan
cara penangan untuk menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
5.
Persiapan penderita (BAKSOKUDA)
Hal-hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan
untuk ibu :
1. Bidan
Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong
persalinan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan
2. Alat
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan
bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat rujukan.
Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan
sedang dalam perjalanan.
3. Keluarga
Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi
dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan
keperluan upaya rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus
menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke tempat rujukan.
4. Surat
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi
mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan
hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru
lahir. Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan.
5. Obat
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan.
Obat-obatan mungkin akan diperlukan selama perjalanan.
6. Kendaraan
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam
kondisi yang cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu
cukup baik untuk. mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.
7. Uang
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat-obatan yang diperiukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang
diperiukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal di fesilitas rujukan.
8.
Darah
Siapkan darah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
6.
Pengiriman Penderita
7.
Tindak lanjut penderita :
a. Untuk penderita yang
telah dikembalikan (rawat jalan pasca penanganan)
b. Penderita yang
memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus ada tenaga kesehatan yang
melakukan kunjungan rumah
2.6 RUJUKAN TERHADAP KELAINAN GINEKOLOGI
2.6.1
Asuhan yang diberikan oleh Bidan
1.
Anamnesa
Pada anamnesa hal-hal yang perlu
ditanyakan :
a.
Riwayat
Kesehatan
Ini berhubungan dengan kebudayaan, ras,
dan umur, ini berguna untuk membantu perawat mengkaji kelompok resiko
terjadinya penyakit-penyakit gangguan sistem reproduksi.
Kebudayaan kepercayaan/agama sangat
mempengaruhi perilaku seseorang dalam hal seksualitas, jumlah pasangan.
Penggunaan kontrasepsi dan prosedur spesifik terhadap mengakhiri kehamilan.
b.
Riwayat Kesehatan Individu dan Keluarga
Kebiasaan sehat pasien seperti: diet,
tidur dan latihan penting untuk dikaji. Pentingnya juga ditentukan apakah
pasien peminum alcohol, perokok dan menggunakan obat-obat.
c.
Status
Sosial Ekonomi
Yang perlu dikaji : tempat lahir,
lingkungan, posisi dalam keluar, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
situasi financial, sumber stress, agama, aktivitas-aktifitas yang menyenangkan
akan mempengaruhi kesehatan reproduksi.
d.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi keluhan utama, misalnya : nyeri,
perdarahan, pengeluaran cairan / sekret melalui vagina, ada massa keluhan
e.
Fungsi roproduksi
Nyeri yang berhubungan dengan gangguan
sistem reproduksi hampir sama dengan nyeri pada gangguan system
gastrointestinal dan perkemihan pasien harus menguraikan tentang : nyeri,
intensitas kapan dan dimana kesediannya, durasi dan menyebabkan nyeri bertambah
dan berkurang, hubungan nyeri dan menstruasi, seksual fungsi urinarius dan gastrointestinal.
Perdarahan perlu dikaji ke dalam
perdarahan abnormal seperti : perdarahan pada saat kehamilan, dan setelah
menopause, karakteristik perdarahan abnormal harus dikaji mencakup : terjadinya
durasi, interval, dan faktor-faktor pencetus perdarahan. Kapan kejadiannya :
pada siklus menstrurasi atau menopause, setelah berhubungan seksual, trauma
atau setelah aktifitas juga dikaji jumlah darah, warna konsistensi dan
perubahan-perubahan yang terjadi.
Pengeluaran cairan melalui vagina dapat
menyebabkan infeksi berair di sekitarnya jaringan, gatal, nyeri, selanjutnya
timbul rasa malu dan cemas. Perawat harus menanyakan tentang tentang jumlah,
warna, konsiskensi, bau dan pengeluaran terus-menerus. Gejalanya seperti luka,
perdarahan, gatal, dan nyeri pada genital.
2.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini mencakup:
a.
Pemeriksaan fisik umum yaitu : tinggi badan, berat
badan, bentuk / postur tubuh, sistem pernapasan, kardiovaskaler tingkat
kesadaran
b.
Pemeriksaan spesifik yaitu:
1.
Pemeriksaan payudara
Pemeriksaan inspeksi payudara dilakukan
pada pasien dengan posisi duduk. Hal yang diperiksa : ukuran, simetris, apakah
ada pembengkakan, masa retraksi, jaringan perut / bekas luka, kondisi puting
susu.
2.
Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui
adanya masa abdominopelvic. Massa yang dapat ditemukan pada organ reproduksi,
sehingga perlu dikombinasikan riwayat kesehatan
c.
Pemeriksaan genetalia eksternal
Bertujuan mengkaji kesesuaian umur dengan
perkembangan system reproduksi. Posisi pasien saat pemeriksaan genetalia
eksternal adalah litotomi.
Kaji kondisi rambut pada simpisis pubis
dan vulva, kulit dan mukosa vulva dari anterior ke posterior hal yang dikaji
mencakup adanya tanda-tanda peradangan, bengkak, lesi dan pengeluaran cairan
dari vagina.
d.
Pemeriksaan pelvic
Pemeriksaan dalam pada vagina dan serviks,
pertama kali dilakukan secara manual dengan jari telunjuk, untuk menentukan
lokasi seviks.
Lakukan inspeksi serviks, erosi, nodul,
massa, cairan pervaginam dan perdarahan, juga lesi atau luka.
2.6.2
Asuhan yang dilakukan di Puskesmas
Pemeriksaan Laboratorium, yaitu Tes papanicolaou’s atau pap smear
Merupakan
pemeriksaan sitologi untuk deteksi adanya sel prekanker dan kanker juga untuk
mendeteksi adanya gangguan virus, jamur dan parasit. Pemeriksaan sel dinding
vagina juga untuk mengevaluasi fungsi hormon-hormon steroid.
2.7
FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB RUJUKAN
- Riwayat bedah sesar
- Pendarahan pervaginaan
- Persalinan kurang bulan
- Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang pecah
- Ketuban pecah lebih dari 24 jam
- Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
- Ieterus
- Anemia berat
- Tanda / gejala infeksi
- Preklamsia / hipertensi dalam kehamilan
- Tinggi fundus 40 cm / lebih
- Gawat janin
- Primipara dalam fase aktif kala 1 persalinan
- Presentasi bukan belakang kepala
- Presentasi ganda
- Kehamilan ganda (genteli)
- Tali pusat menumbung
- Syok
2.8
SKEMA RUJUKAN DAN JENJANG
PELAYANAN
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam pengertiannya, sistem rujukan upaya
kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya
penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu
kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun
horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara rasional.
Rujukan
medik puskesmas dilakukan secara berjenjang mulai dari:
a. Kader dan dukun bayi
b. Posyandu
c. Pondok bersalin/bidan desa
d. Puskesmas pembantu
e. Puskesmas rawat inap
f. Rumah sakit kabupaten
Keuntungan sistem rujukan
- Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa aman pada pasien dan keluarganya.
- Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di daerahnya masing-masing.
- Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli.
Asuhan pada kasus ginekologi yang diberikan
oleh Bidan
1.
Anamnesa
2.
Pemeriksaan Fisik
a.
Pemeriksaan payudara
b.
Pemeriksaan abdomen
c.
Pemeriksaan genetalia eksternal
d.
Pemeriksaan pelvic
Asuhan yang dilakukan di Puskesmas
e. Pemeriksaan lab Tes papanicolaou’s atau pap smear
Asuhan yang dilakukan di Rumah sakit
f.
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah
2. Pemeriksaan Urinalis
3. Pemeriksaan Mikroskopi
g.
Tindakan Operatif
1. Persiapan (Pre-Operatif)
2. Pemantauan Post Operasi
3.2 SARAN
a.
Saran untuk Tenaga Kesehatan
Dengan
adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang
lebih bermutu karena tindakan rujukan ditujukan pada kasus yang tergolong
beresiko tinggi. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk
merujuk ibu dengan keluhan ginekologi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal
dan tepat waktu jika menghadapi penyulit.
b.
Saran
untuk penulis
Jika
dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan kami mohon maaf.
Untuk itu kami memerlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami
dapat membuat makalah yang lebih baik dikemudian hari.
c.
Saran
untuk pembaca
Dengan
adanya makalah ini kami harap pembaca dapat memberikan saran jika ada kesalahan
atau kekurangan dalam penulisan makalah ini kami mohon kritik dan sarannya agar
dalam penulisan makalah kedepannya bisa lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
2. http://dianhusadaratnayunita.blogspot.com/p/sistem-rujukan-dalam-puskesmas.html
3.
http://puskesmasprimaryhealthcare.wordpress.com/2011/10/10/sistem-rujukan-puskesmas/
6.
http://dirzaar.blogspot.com/2012/05/petunjuk-teknis-sistem-rujukan.html